5 Label Indie Indonesia yang Terus Eksis

5 Label Indie Indonesia yang Terus Eksis

Masih ingat dengan Mocca? Grup band asal Bandung tersebut sukses mencuri perhatian melalui lagu-lagunya yang ramai mengisi soundtrack film Indonesia awal 2000-an, seperti “I Remember” dan On The Night Like This” di film Catatan Akhir Sekolah. Hingga saat ini, Mocca tercatat masih aktif, bahkan lagunya bertajuk “Happy” menjadi soundtrack dari salah satu acara TV populer di Korea Selatan. Mocca sendiri merupakan salah satu band indie di Tanah Air. Kesuksesan Mocca bak membuka keran kemunculan band-band indie lainnya.

Disebut indie karena mereka tidak bernaung di bawah label musik besar sehingga lebih bebas untuk berkreasi dalam menciptakan lagu. Namun, karena tidak di bawah label besar, band indie harus mandiri dalam proses rekaman dan pemasaran karya mereka.

Seiring perkembangan waktu, muncul label musik independen yang menaungi band maupun musisi indie di Indonesia. Sebagian label musik independen atau indie ini mulanya berawal dari ruang-ruang sempit dan peralatan sederhana. Mereka umumnya tidak mengeluarkan biaya produksi atau promosi yang besar kepada musisi yang dinaungi. Akan tetapi, sejak terjadinya digitalisasi di setiap lini, termasuk musik, label indie terbantu untuk memasarkan karya musisi mereka melalui platform digital.

Label indie pun kini makin diminati. Banyak musisi mulai beralih ke label indie dengan sejumlah alasan. Berikut ini lima label indie populer di Indonesia dengan karya-karya hits mereka.

 

Demajors

Label demajors didirikan oleh tiga orang sahabat, David Karto, Sandy Maheswara, dan Adhi Djimar, pada 2000 lalu. Kecintaan mereka kepada musik serta kedekatan dengan komunitas musik independen membuat ketiganya mendirikan demajors Independent Music Industry (DIMI).

demajors saat ini menaungi lebih dari 100 artis-artis lokal yang memiliki keberagaman dalam gaya bermusik. Artis-artis tersebut di antaranya, Endah N Rhesa, Pure Saturday, Parkdrive, White Shoes & The Couples Company, Adhitia Sofyan, LLW, dan Efek Rumah Kaca, dan masih banyak lagi.


Anoa Records

Anoa Records terbentuk pada 2013 lalu oleh Ritchie Ned Hansel, Peter Andrian Walandouw, dan Andri Rahardi. Nama Anoa Records dipilih untuk memberikan kesan khas Indonesia. Anoa Records memiliki motto “If we believe in something we hear, it’s better to record it” yang kemudian menjadi landasan utama mereka dalam merilis album dari para musisi pop dan rock independen lokal.

Mulanya, Anoa Records berfokus untuk memperkenalkan grup musik indie yang fresh dan berkualitas, seperti Texpack, Barefood, Gascoigne, Seaside, Dive, dan Collate. Mereka kemudian juga merilis ulang karya-karya dari band indie veteran, di antaranya Themilo dan The Sastro.


LaMunai Records

LaMunai merupakan salah satu label indie yang berbasis di Jakarta. Label yang didirikan oleh Rendi Pratama ini banyak merilis lagu bergenre rock. Nama-nama seperti The Panturas The Paps, Hello Benji and the Cobra, dan Rub on Rub berada di bawah naungan LaMunai.

The Panturas menjadi salah satu band di bawah LaMunai yang sukses mencuri perhatian. Terbaru, mereka mengeluarkan album bertajuk “Ombak Banyu Asmara.” Album tersebut berisi 10 lagu yang mengusung tema eksplorasi.


Wonderland Records

Wonderland Records bisa dibilang baru di industri musik indie. Label yang berbasis di Jakarta ini memiliki sebuah visi untuk menciptakan ekosistem kreatif yang adil serta menjadi rumah bagi artis-artis lokal. Beberapa musisi yang berada di bawah naungan Wonderland, antara lain Mikha Angelo, Rendy Pandugo, Noui, livingroom, dan lain sebagainya. Mikha Angelo menjadi salah satu nama yang populer karena sebelumnya merupakan jebolan X Factor dan tergabung dalam The Overtunes.

Melalui Wonderland, Mikha Angelo mengeluarkan album solo perdananya bertajuk “Amateur” pada 2020. Amateur merepresentasikan kejujuran Mikha, yakni dari  lirik dan tema yang dirangkum dari apa yang ia alami kala memasuki usia 20-an.


Berita Angkasa

Berita Angkasa menjadi salah satu label indie yang berbasis di Jakarta. Label ini didirikan oleh Rizma Arizky pada 2015 lalu. Berita Angkasa menaungi beberapa musisi, di antaranya Morad, Jangar, Kelompok Penerbang Roket, Sapphira Singgih, dan masih banyak lagi.

Pada awal pandemi lalu, Berita Angkasa mencoba menghadirkan harapan dengan merilis kompilasi berjudul “Adiksi Adaptasi”.Beberapa musisi seperti Arya Novanda, Rizkia Larasati, taRRkam, Batavia Collective, Morad, Kamga, Ether, Sapphira Singgih, dan Rafi Muhammad turut dalam kompilasi Adiksi Adaptasi.

Kembali ke blog