Survei Harris Poll pada 2021 lalu mengungkap sederet alasan mengapa mayoritas orang Amerika Serikat enggan merealisasikan ide mereka menjadi bisnis betulan. Rupanya 33% dari seribu lebih responden tidak melanjutkan bisnis karena khawatir akan gagal, sedangkan 23% di antaranya tidak mendapatkan dukungan orang-orang terdekat. Lalu, penyebab yang cukup besar, yaitu 39%, adalah tidak tahu bagaimana memulainya.
Apakah salah satu alasan di atas juga menghantuimu ketika akan memulai bisnis? Jika iya, sudah saatnya kamu mengurangi lewah pikir atau overthinking dan segera menyusun rencana mewujudkan bisnis.
Bila kamu tidak tahu dari mana memulainya, jangan khawatir. Kurang lebih, dalam bisnis menurut para ahli kamu akan melewati lima tahap.
Setiap usaha baru sudah pasti dimulai dengan sebuah ide. Maka dari itu, dibutuhkan suatu proses yang disebut idea generation guna menelurkan ide-ide yang menarik dan realistis. Ini merupakan proses kreatif yang akan membantumu mengenali peluang dan kemungkinan baru yang bisa digunakan untuk mengembangkan usaha.
Meskipun tampak seperti proses yang mudah, sebagian orang seringkali justru mandek di fase ini. Alasannya tak lain karena mengalami hambatan kreativitas atau kekurangan inspirasi. Nah untuk mengatasinya, kamu bisa mencoba untuk melakukan lima upaya yang disarankan para pakar bisnis. Pertama, bisa dengan brainstorming dengan orang terdekat atau tim bisnismu jika sudah ada. Kamu juga bisa menggunakan metode yang sudah jamak diterapkan, seperti membuat mind map atau storyboard.
Bila kamu ingin mencoba cara baru, berpikir terbalik bisa jadi solusi. Ini menjadi metode yang menyenangkan karena kamu akan berhenti memikirkan tujuan atau apa yang ingin kamu capai. Kamu justru mulai bertukar pikiran tentang setiap masalah yang dapat terjadi pada situasi tertentu. Berpikir terbalik juga dikenal sebagai pemikiran negatif dan sering kali mendorong seseorang untuk memunculkan banyak ide baru yang kreatif. Terakhir, kamu dapat melakukan idea challenge dengan mulai memunculkan sebuah masalah atau peluang untuk dieksplorasi.
Pada tahap ini kamu akan mencoba mencari jawaban dari pertanyaan besar “apakah usahamu memiliki peluang yang layak untuk diinvestasikan?” Guna menjawabnya, cobalah untuk memecahnya ke dalam pertanyaan-pertanyaan lebih mendetail seperti berikut.
- Apakah ada peluang pasar yang cukup menarik?
- Apakah ide yang kamu usulkan layak, baik dari perspektif pasar maupun perspektif produk?
- Bisakah kamu bersaing dalam rentang waktu yang cukup lama atau berkelanjutan?
- Apakah kamu memiliki tim yang dapat memanfaatkan peluang secara efektif?
- Apa profil risiko atau keuntungan dari ide ini?
Jika kamu dapat menjawab semua pertanyaan tersebut dengan jelas, maka besar kemungkinan peluang tersebut layak untuk realisasikan. Jawaban tersebut juga dapat meyakinkan orang lain, semisal calon pelanggan, karyawan, mitra, atau pemodal, untuk menaruh minat pada usahamu.
Secara garis besar, pada fase ini kamu perlu menyusun strategi dan rencana operasi. Dalam strategi sendiri mencakup empat perencanaan, yakni soal penentuan target pelanggan, model bisnis, posisi, dan tujuan. Mengenai target pelanggan, kamu perlu memikirkan siapa pembeli potensial nantinya. Makin banyak kamu tahu tentang mereka—secara kuantitatif dan kualitatif—makin baik untuk kelangsungan bisnismu.
Sementara terkait model bisnis, ini adalah gambaran bagaimana kamu akan menghasilkan keuntungan. Bagi bisnis baru, ini seperti sudah menjadi kewajiban. Model bisnis akan mengidentifikasi produk atau layanan yang akan dijual; target pasar; dan anticipated expense.
Kemudian untuk posisi, yaitu mengacu kepada bagaimana membedakan usahamu dari para pesaing dan juga bagaimana hubungannya dengan perusahaan lain dalam rantai nilai. Ini adalah peluang untuk menentukan, pada tingkat dasar, apa yang akan dilakukan bisnismu dan apa yang tidak.
Terakhir, dalam fase planning kamu juga perlu menyusun tujuan, bisa dalam jangka waktu pendek maupun panjang. Hal itu semisal kapan kamu akan bisa menutup biaya modal, meraih keuntungan, dan mulai melakukan ekspansi.
Di sisi lain, terkait dengan rencana operasi, ini akan mencakup prediksi mengenai hasil apa yang akan terjadi dari perencanaanmu. Ini bisa menyangkut proyeksi dari pendapatan, material, dan hal lainnya mengenai bisnismu.
Setelah memiliki peluang dan rencana yang cukup matang, kamu bisa mulai melakukan launching untuk mengenalkan produkmu secara luas. Namun, sebelum melakukan peluncuran resmi, ada baiknya kamu melakukan tes produk dengan menggelar soft launching. Kamu akan melakukan demo atau memberikan beberapa produk secara gratis. Hal itu penting untuk mengetahui tanggapan customer mengenai keunggulan dan kekurangan produkmu. Jadikan masukan dari mereka menjadi bagian dari masukan sebelum kamu me-launching secara resmi
Jelang launching, jangan lupa juga untuk gencar berpromosi, bisa secara langsung maupun online di media sosial. Promosi secara langsung bisa kamu wujudkan dengan mendekati calon klien strategis, seperti key opinion leader yang sesuai dengan bidang kamu, komunitas di masyarakat, dan lain sebagainya. Sementara itu, promosi launching di media sosial bisa kamu lakukan dengan memberikan teaser produk atau dengan memberikan giveaway guna makin menarik banyak peminat.
Setelah bisnis kamu dirilis, kamu akan fokus untuk memproduksi barang atau jasa; menghasilkan pendapatan; dan bergerak menuju kinerja yang berkelanjutan. Pada fase ini, kamu masih perlu mengajukan pertanyaan demi kemajuan bisnismu karena zaman terus berubah. Meski begitu, kamu tetap menghabiskan lebih banyak waktu untuk mengeksekusi rencanamu.
Nah ketika semua berjalan cukup baik, kamu bisa mulai memikirkan pemilihan badan usaha yang tepat untuk melindungi bisnismu.
Well, itulah lima tahap yang akan kamu alami saat akan memulai usahamu. Untuk semakin memantapkan langkah pertama dalam berbisnis, kamu juga bisa mencari informasi dari mereka yang sudah berpengalaman atau melalui kelas-kelas bisnis yang sudah banyak tersedia saat ini.