Saat menulis sebuah cerita, ada berbagai unsur instrinsik yang mesti dipenuhi, seperti tokoh dan penokohan. Dua unsur tersebut wajib dibangun dengan kuat karena merekalah yang akan menghidupkan cerita. Sayangnya, kadang beberapa pengarang atau penulis terlalu terpaku pada alur tapi melupakan bagaimana pengembangan karakter yang akan ditampilkan. Hal itu bisa membuat cerita yang menarik sekalipun menjadi hidup dan tidak meninggalkan kesan apapun bagi pembaca.
Mengenai tokoh dan penokohan, sebenarnya keduanya merupakan unsur yang berbeda tapi tidak bisa dipisahkan. Tokoh diartikan sebagai individu yang diciptakan oleh seorang penulis. Menurut kehadirannya ada tokoh utama dan pendukung. Lalu dari sifatnya, dibagi menjadi tokoh protagonis, antagonis, dan tritagonis. Sementara itu, penokohan mencakup hal yang lebih kompleks, yaitu bagaimana penulis menggambarkan seorang tokoh secara langsung dan tidak langsung. Penggambaran ini bisa melalui cara mereka berpikir, bertindak, dialog atau juga dari sudut pandang orang lain.
Penokohan inilah yang seringkali menjadi pekerjaan berat penulis. Sebab membentuk kepribadian yang utuh dan bisa memberikan kesan tersendiri bagi pembaca tidaklah mudah. Hal itu perlu dibangun dengan solid dan tentunya masuk akal.
Nah, meski begitu, kamu tidak perlu khawatir dengan masalah penokohan ini. Sebab ada beberapa cara yang bisa digunakan untuk membangun karakterisasi tokoh dalam cerita. Simak selengkapnya dalam ulasan berikut.
Buat Imajinasi dari Penampilan Fisik Para Tokoh
Cara pertama, deskripsikan ciri-ciri fisik dari tokoh yang ada di ceritamu. Ini akan membantu pembaca berimajinasi mengenai penampilan tokoh tersebut. Hal itu bisa kamu lakukan dengan memberikan informasi dasar, seperti tinggi badan, bentuk tubuh, warna kulit, bentuk mata, kondisi rambut, dan lain sebagainya.
Cara penyampaian deskripsi fisik tersebut tidak hanya melalui kalimat yang murni menggambarkan visual. Jika kamu terlalu banyak melakukannya itu justru akan membuat ceritamu tampak kaku. Maka dari itu, coba gambarkan ciri fisik tersebut secara mengalir melalui majas, sudut pandang orang lain, dan juga kepribadiannya. Sebagai contoh dalam novel Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer, beginilah sosok Minke menjelaskan Annelies Mellema.
“Dan mata itu, mata berkilauan itu seperti sepasang kejora; dan bibirnya tersenyum meruntuhkan iman. Kalau gadis ini yang dimaksudkan Suurhof, dia benar: bukan saja menandingi malah mengatasi Sri Ratu.”
Lengkapi Profil Tokoh
Penulis adalah orang yang paling mengenali kepribadian tokoh yang dia ciptakan. Oleh karena itu, demi membentuk tokoh yang utuh penulis perlu menyusun profil tokoh dengan baik. Profil tersebut meliputi jenis kelamin, umur, latar belakang pendidikan, kondisi keluarga, lingkungan tempat tinggal, pekerjaan, dan masih banyak lagi. Informasi tersebut merupakan titik mula dalam membentuk karakter.
Sebagai contoh, tokoh yang tumbuh dan tinggal di perdesaan tentu akan memiliki karakter yang berbeda dengan mereka yang akrab dengan lingkungan urban. Mereka yang tinggal di desa cenderung memegang prinsip hidup guyub, sedangkan di wilayah urban mereka cenderung individualis. Begitu juga dengan umur, ini akan menentukan cara berpikir seseorang. Tentunya cara memecahkan masalah antara anak usia sekolah dasar akan berbeda mereka yang berada di bangku kuliah. Dengan mempertimbangkan profil tersebut, akan membuat tokohmu tampak hidup dan realistis.
Tambahkan Keunikan pada Tokoh
Meskipun harus membuat tokohmu terasa nyata, jangan lupa untuk tetap menambahkan keunikan pada mereka. Hal tersebut diperlukan untuk mewarnai ceritamu supaya tidak membosankan. Misalnya jika kamu ingat sosok Mahar di novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata, ia dikisahkan sebagai seorang anak eksentrik yang begitu mencintai seni. Ke mana pun ia pergi, selalu tak luput radio berada di genggamannya. Ia juga biasa mencari inspirasi untuk membuat lagu dengan naik ke atas pohon.
Tokoh Harus Memiliki Keinginan
Saat seorang tokoh memiliki keinginan besar, di situlah biasanya aksi-aksi hebat untuk mewujudkannya akan muncul. Makin kompleks masalah yang dihadapi untuk mencapai tujuan biasanya akan menghasilkan sebuah inspirasi bagi pembaca. Contohnya sosok Park Saeroyi dalam webtoon Itaewon Class.
Dipenjara saat masih usia belia sehingga membuatnya putus sekolah, bahkan harus kehilangan ayah yang menjadi teladannya, tak membuat hidupnya berhenti begitu saja. Ia justru makin menguatkan tekad untuk melampaui kesuksesan orang yang telah menghancurkan hidupnya. Tentunya dalam mencapai tujuan tersebut langkah Saeroyi tak mulus begitu saja. Meski demikian, pertemuan dengan tokoh lain itulah yang membuat jalannya menuju tangga kesuksesan menjadi terbuka.
Bentuk Hubungan Antar-Tokoh
Menciptakan hubungan dengan tokoh lain akan membuat ceritamu terasa menarik. Misalnya saja kamu menampilkan hubungan persahabatan, percintaan, bisnis, bahkan hingga permusuhan. Ciptakan interaksi yang akan membantu pembaca memahami karakter tokohmu lebih jauh.
Nah, untuk membantumu menghadirkan hubungan tersebut, cobalah buat diagram antar-karakter. Letakkan tokoh utama di tengah diagram. Lalu, buat garis-garis yang menghubungkan dengan tokoh lain. Makin dekat garis itu, makin kuat relasi di antara mereka.
Sebenarnya jika dirunut seperti di atas, menentukan dasar-dasar karakter bukanlah hal yang terlampau sulit. Seberapa aktif kita meriset sebuah karakter, di sanalah berbagai inspirasi akan datang. Hal itu sebagaimana seperti yang disampaikan penulis Amerika Serikat, Stephen King bahwa “kita tidak harus menunggu datangnya inspirasi itu, kita sendirilah yang menciptakannya.”