Beberapa iklan amigurumi melintas di gawai Irene Meisty saat ia tengah mencari hobi baru. Boneka rajut khas Jepang yang kecil, berwarna-warni, dan lucu itu perlahan menarik perhatiannya. Ia lantas mulai mempelajari teknik-teknik dasar merajut. Dengan melihat para perajut andal yang mahir mengkreasikan banyak barang membuat Irene makin termotivasi. Pikirnya, tak ada yang mustahil untuk mewujudkan berbagai kreasi dengan hakpen dan benang rajut.
Mulanya Irene hanya coba-coba mengunggah hasil rajutan yang ia pelajari ke media sosial. Tak disangka, lewat hal yang ia anggap sebagai hobi itu, banyak orang mulai suka. Dari situlah perempuan yang berdomisili di Yogyakarta tersebut mulai merintis @puffity.puff sebagai tempat menjual karya-karyanya.
Sebagai permulaan untuk bisnisnya, Irene menjual benda-benda kecil, seperti custom amigurumi keychain, beanie, dan penanda buku. Ia menerapkan sistem pre-order atau custom order bagi mereka yang menginginkan rajutannya. Bagi Irene, pengalaman pertamanya itu sangatlah menantang sebab dia juga masih melakoni pekerjaan utama sebagai analis research and development (RnD) di sebuah laboratorium. Meski begitu, ada banyak hal yang mulai ia pelajari, semisal dari beragam teknik merajut hingga bagaimana mengembangkan usaha pribadi.
Ketika mendapat respons positif dari khalayak, itu pun mendorong Irene untuk mengembangkan kreasi rajutannya. Tas menjadi pilihan pertama karena menurutnya cukup cantik meskipun terlihat rumit dari segi pembuatan. Memang, saat mulai merajut tas tidak semua hal berjalan mulus. Irene sempat berulang kali gagal. Akan tetapi, jiwa pembelajarnya cukup tinggi. Dia terus mencobanya sampai berhasil menyulap benang rajut itu menjadi sebuah tas yang menawan. Rupanya, karya uji cobanya itu juga menarik perhatian banyak orang. Alhasil, produk jualan puffity.puff menjadi makin beragam.
Irene menggarisbawahi, dalam membuat tas rajutan dibutuhkan kesabaran dan keberanian. Sebagai “proyek besar”, wajar jika berulang kali gagal dalam percobaan membuat tas karena mewujudkan tampilan dan ukuran yang diinginkan tidaklah mudah. Keuletan Irene tersebut kini sudah membuahkan hasil. Berbagai macam tas, mulai dari knot bag, bubbles bag, blossom bag, hingga masih banyak lagi, berhasil ia produksi. Baginya, yang terpenting adalah keinginan untuk terus belajar dan memberikan hasil yang terbaik.
Dalam perjalanannya, Irene tak hanya berjualan secara online, tapi dia juga membuka stand di Craft Fair. Bahkan, dia juga rutin menggelar lokakarya merajut di Yogyakarta. Langkah Irene tersebut berangkat dari prediksinya bahwa saya ada potensi untuk mencari nafkah dari aktivitas merajut. Sebab, selain belum banyak komunitas merajut di Indonesia, juga tidak banyak orang yang memiliki kesabaran dan kekuatan untuk belajar cara merangkai benang itu.
Meski sudah membuka jalan untuk memperluas karier, sebagai pegiat kreatif dan pembelajar, masih banyak hal yang perlu Irene dalami tentang merajut. Ia merasa capaiannya kini belum setengah jalan sehingga ia masih ingin menyempurnakan teknik dan desain kreasinya.
Irene pun tak melupakan hobi pertamanya, yakni membaca. Selain Puffity Puff, ia juga mendirikan @terserahbookclub, sebuah klub membaca buku yang saat ini sudah berjalan selama dua tahun.
Dari berbagai usahanya itu Irene berprinsip, jika memiliki waktu dan energi, cobalah apa pun yang diinginkan sampai sesuatu melekat. Setelah menemukannya, maka berfokuslah dan terus meningkatkan keterampilan hingga jadi keahlian yang diakui banyak orang.