Desainer Interior yang Berjiwa Nasionalis

Desainer Interior yang Berjiwa Nasionalis

Perempuan yang satu ini mengagumi proses terciptanya sesuatu. Baginya, tahapan kecil yang merupakan bagian dari detail selalu berhasil membangkitkan semangatnya.

Sempat berkuliah di jurusan fashion marketing, Santi Alaysius mengambil kuliah lainnya jurusan interior design di Amerika. Setelah sukses berkarir di Negeri Paman Sam, Santi kemudian memilih mengikuti panggilan hidupnya untuk kembali ke Tanah Air dan membangun perusahaannya sendiri di sini. Kini, satu dekade berlalu, karya-karya Santi dapat kita temui di beberapa hotel sampai kapal pesiar. Satu yang paling khas dari karya-karyanya: Santi selalu berpikir kreatif melibatkan bahan lokal sebagai elemen. Simak cerita selengkapnya!

 

Berani Mengubah Haluan Hidup

Besar dalam sebuah keluarga China-Indonesia, kedua orang tua Santi mengharapkan dirinya untuk memilih jurusan kuliah yang kelak menguntungkannya secara finansial. Menyikapi harapan kedua orang tuanya, pilihan Santi jatuh pada jurusan fashion marketing and management.

Saat itu, Santi mengaku belajar banyak mengenai industri kreatif. Setelah lulus, hasrat untuk mempelajari proses penciptaan sesuatu tidak urung membayang-bayangi Santi sehingga dirinya melanjutkan kuliah dengan mengambil jurusan interior desain. Itu artinya, haluan hidupnya juga seketika berubah. Namun, Santi mengaku siap dengan segala risiko.

Ayahnya merupakan seseorang yang memberinya tanggung jawab untuk menyelesaikan segala sesuatu yang telah ia mulai. Dari prinsip tersebut, Santi berusaha menyelesaikan studinya. Bagi Santi, kedua jurusan kuliah yang telah ditempuh membantunya memahami kedua bagian terpenting; yakni bagian kreatif dan bagian bisnis. Santi percaya kedua bagian tersebut saling berkaitan dan tidak bisa dipisahkan. Sebab sebagai pekerja kreatif, Santi merasa perlu memahami seluk beluk manajemen bisnis. Maka meski hidupnya berubah haluan, Santi tidak pernah merasa dirinya tidak pernah mengambil langkah yang salah. 

 

“Gak masalah untuk mengubah haluan hidup, yang penting siap dengan resikonya!”

 

Percaya Diri Saat Mengemban Tanggung Jawab Besar

Di Amerika, Santi pernah diberi tanggung jawab untuk mengerjakan sebuah proyek Waldorf Astoria di Chicago. Semula, Santi tidak mengerti kenapa atasannya saat itu memercayakan dia sebagai junior untuk terlibat dalam proyek sebesar itu. Selain karena kliennya merupakan tetangga di kantor, sehingga dia bisa memberi arahan pada Santi kapan saja, proyek yang dikerjakannya juga merupakan hotel bintang lima.

Setelah berhasil mengerjakannya dengan baik, Santi merasa perlu berterima kasih pada atasannya karena telah melibatkan Santi sebab dari sana Santi mempelajari banyak hal. Santi tidak merasa gentar untuk bekerja dengan siapa saja, sebab dia percaya akan ada selalu hal baru yang dia bisa pelajari. Sebagai perempuan Asia, dia selalu menerapkan kesopanan dalam relasi kerja namun tetap profesional.

Selain itu, kepercayaan juga merupakan hal terpenting dalam setiap bentuk kerja sama. Kepercayaan tidak hadir instan. Kita perlu membangunnya, setelah dibangun kita harus merawatnya dengan baik dan tidak pernah menghancurkannya. Demikian halnya dengan keputusan atasan Santi untuk memercayai Santi dalam pengerjaan proyek besar. Dengan mantap, Santi menerima penawaran tersebut dan menyelesaikannya dengan baik.

Santi juga menjelaskan bahwa desainer interior dan arsitek berada dalam payung yang sama. Bedanya, arsitek berada dalam ranah makro, atau ranah yang lebih besar, semacam kotak. Sementara desainer interior fokus mengerjakan detail, atau hal-hal mikro, yang berada dalam kotak ciptaan sang arsitek. Berdasarkan pengalamannya melihat sang ayah bekerja sebagai konstruktor, gairah untuk terlibat dalam sebuah pembangunan juga dirasakan Santi mengalir dalam darahnya. Sehingga setelah dewasa, Santi menekuni pekerjaan yang tidak jauh berbeda dengan yang digeluti ayahnya terdahulu.

 

“Kepercayaan adalah hal terpenting dalam setiap bentuk kerja sama.” - Santi Alaysius

 

Mengutamakan Bahan Lokal

Pada suatu masa Santi berkarir di Amerika, beberapa hal terkait sosial dan ekonomi di sana berubah tak menentu dan Santi memutuskan untuk pulang. Dia berencana membangun sebuah toko perhiasan di Bali. Namun, belum sempat rencananya terealisasikan, salah satu teman Santi ketika dirinya berkarir di Amerika juga kembali ke Tanah Air dan mengajaknya untuk menggarap proyek bersama, yakni pembangunan sebuah restoran di Senayan City, lower ground. Itu merupakan restoran franchise dari Singapura.

Tidak diduga, hasil kerja mereka menjadi buah bibir. Bagaimana mereka memperhatikan detail. Kualitas bahan, eksekusi, sampai nilai estetika. Keduanya kemudian memutuskan untuk membangun bisnis bersama, sebuah firm yang mereka beri nama Domisilium. Yang membedakan Domisilium  dari firm pada umumnya adalah keberanian mereka untuk melakukan eksplorasi. Baik dari segi desain, warna, bahkan sampai warna. Salah satu proyek yang mereka kerjakan bersama kemudian adalah sebuah hotel di Yogyakarta, yang dilengkapi dengan sebuah perosotan raksasa dari bahan kuningan. Santi tahu Yogyakarta merupakan daerah penghasil kuningan terbaik, itu kemudian mendorongnya untuk memberi terobosan yang baru dan berbeda. Kini, penampilan hotel tersebut menjadi incaran para pengguna Instagram untuk mengunggah foto mereka di perosotan yang ikonik tersebut.

Menjadi ciri khas Santi lainnya untuk selalu menggunakan elemen tradisional yang dimiliki oleh para pengrajin setempat. Hal tersebut menunjukan jiwa nasionalis yang kental melekat di dalam dirinya. Itu terbukti dari sebuah toko kelontong yang dibangun dan diberi nama Fredhelligh. Toko kelontongnya menjual alat-alat kebersihan mulai dari sapu, sampai pajangan yang telah dikurasinya dari beberapa negara.

Untuk dapat bertahan di industri bisnis dan dunia kerja secara umum, Santi menekankan bahwa mental dan kepribadian merupakan dua hal terpenting. Bahkan lebih penting dari skill atau kemampuan. Skill mengagumkan tapi kepribadiannya buruk, itu tidak akan membawa kita kemana-mana. Sebab kita bekerja sama dengan sesama manusia yang itu artinya diperlukan seni berinteraksi dengan baik.

Dan, jangan pernah berhenti belajar. Santi percaya tidak pernah ada saat yang tepat bagi seseorang untuk merasa cukup pintar.

Apakah Anda siap untuk melatih mental dan membentuk kepribadian yang baik demi dapat mewujudkan impian? Simak artikel inspiratif lain dari tokoh-tokoh sukses yang telah kami kurasi hanya di KARENA.ID.

Kembali ke blog