Berawal dari bersih-bersih isi lemari, tercetus ide di benak Andi Yulianti atau yang akrab disapa Uli untuk mendaur ulang pakaiannya. Dia lantas mencari blog tutorial untuk menyulap barang-barang tersebut menjadi produk aksesoris. Setelah jadi, Uli sebenarnya hanya berniat menggunakannya secara pribadi. Namun, pertemuan dengan seorang teman membukakan pintu usaha tak terduga baginya. Uli mendapatkan tawaran untuk menjual produk aksesorisnya di toko sang teman.
Bermodalkan uang Rp 5 juta dari situlah kemudian lahir apa yang menjadi cikal bakal House of Jealouxy (HoJ), sebuah jenama aksesoris lokal yang kini sudah memasuki usia ke-13. Lewat HoJ Uli menawarkan berbagai produk aksesoris, mulai dari kalung, gelang, bag straps, hingga pakaian. Awalnya semua produksi dia lakukan sendiri, tapi seiring mulai banyaknya pesanan yang masuk, ia turut memberdayakan pengrajin lokal.
Untuk mendukung bisnisnya, perempuan kelahiran Cirebon itu juga mulai serius menyusun kampanye untuk produknya dengan membuka situs web. Dalam pembuatan konten, Uli melibatkan fotografer dan model profesional. Dia turut mendukung stylist dan brand fesyen tertentu saat ada runway show. Dari semua usahanya itu, produk HoJ beberapa kali tampil di halaman muka majalah dan dipakai para selebriti di sebuah video clip atau show. Bagi Uli, pencapaian tersebut makin menambah semangatnya untuk membesarkan HoJ.
Meski awalnya berjalan lancar, Uli juga mengalami jatuh bangun saat membangun bisnis aksesoris. Pada usianya yang kelima, HoJ hampir saja bangkrut. Hal itu membuat Uli harus memutar otak supaya usahanya bisa bertahan. Pilihannya kala itu adalah mengadakan sale dari stok yang masih ada dan juga mengikuti berbagai acara offline. Semua Uli lakukan seorang diri. Bahkan untuk loading in dan loading out barang ia hanya dibantu oleh sopir mobil box yang disewa.
Kegigihan Uli bisa dibilang benar-benar teruji saat itu. Dalam kondisi tak memiliki tim pemasaran, membuatnya harus menjaga booth sepanjang sendiri. Untuk makan pun dia hanya punya waktu 15 menit karena tidak ingin lama-lama menitipkan booth-nya ke stand sebelah. Dari semua pengorbanannya itu Uli berprinsip, jika di situ ada kemauan pasti ada jalan. Dan akhirnya sikap pantang menyerah itulah yang membuatnya bisa menyelamatkan HoJ dari kebangkrutan.
“Kenapa semangat saya selalu ada, karena saya punya beberapa kepala keluarga [pengrajin] yang bergantung hidupnya sama saya. Pokoknya mereka dulu selamat, baru saya,” Uli membeberkan prinsipnya kepada Karena.
Lulusan University of Surrey, Inggris, itu juga menerapkan mindset bahwa di mana ada krisis, di situ ada peluang. Bisnis bagi Uli selalu ada naik dan turunnya, terlebih pada masa perintisan ujiannya bisa jadi akan sulit. Maka dari itu, kuncinya adalah selalu bisa beradaptasi dengan perubahan. Semisal waktu wabah COVID-19 melanda pertama kali, Uli melakukan beberapa pergantian strategi dan beradaptasi dengan perubahan yang ada. Hal itu ternyata membuahkan hasil, yaitu tidak ada pemotongan gaji karyawan dan gaji ke-13 tetap dibayarkan dengan lancar selama pandemi.
Bagi Uli, "takut gagal" tak ada dalam kamus hidupnya. Sebab gagal adalah hal biasa dan itu bagian dari proses. Hal yang harus ditakuti adalah ketika enggan untuk bergerak dan beradaptasi.
“Dan kalau sudah merasa di comfort zone terus nggak mau belajar dan berkembang lagi, and then I think that is the end. So keep moving forward. Mau jalan tapi terjungkal at least tetap ke depan,” beber Uli.
Di samping itu, inovasi baru juga dibutuhkan dalam mengembangkan sebuah jenama. Menurut Uli dalam berkarya sebaiknya tidak terlalu terpaku kepada produk lain yang sudah berkembang. Sebab jadinya justru akan sama dan tidak memiliki kekhasan di mata khalayak. Oleh karena itu, kuncinya adalah menjadi beda dan terus menjaga kualitas. Itulah yang membuat sebuah produk akan terus diingat.
Lalu, Uli turut menjaga dan merawat hubungan baik dengan pelanggan. Sebagai contoh, dia memberikan lifetime guarantee untuk seluruh produknya. Artinya, selama pelanggan ingin memperbaiki produk yang dibeli, Uli memberikan perbaikan secara cuma-cuma. Dengan begitu mereka bisa jadi pelanggan setia yang terus mengikuti perkembangan produk. Beberapa di antaranya bahkan saat ini ada yang menjadi teman Uli.
Nah, seiring dengan bisnis yang terus berkembang, HoJ saat ini sudah memiliki gerai dan stockist di sejumlah kota, seperti Jakarta, Tangerang, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, dan Bali. Uli juga membuka pembelian secara daring melalui Instagram dan situs web.
Walau sudah tergolong sukses, sosok yang kini berperan sebagai Creative Director HoJ itu tidak mau berpuas diri. Sebab Uli melihat banyak usaha yang “seumuran” dengan HoJ kini tinggal nama. Dengan demikian, konsistensi dalam berkarya dan adaptasi dengan zaman terus ia terapkan.
"Once you get to reach the top, never forget to stay humble, and when you reach your lowest low never forget to rise again,” tutup Uli.