Kenal Lebih Dekat dengan Bapak Komik Indonesia R.A. Kosasih, Pencipta Karakter Sri Asih

Kenal Lebih Dekat dengan Bapak Komik Indonesia R.A. Kosasih, Pencipta Karakter Sri Asih

Sejak dulu kita lebih akrab dengan pahlawan super dari luar negeri, seperti Superman, Wonder Woman, Iron Man dan lainnya. Sementara untuk tokoh dalam negeri, nama-nama pahlawan super yang dikenali bisa dikatakan cukup terbatas. Oleh karena itu, beberapa sineas mulai rajin menggarap film yang bertema pahlawan super lokal, salah satunya adalah Sri Asih. Nama Sri Asih baru-baru ini cukup menjadi perbincangan karena akan menggambarkan karakter perempuan Indonesia yang kuat dan mandiri serta berusaha setara dengan laki-laki.

Karakter Sri Asih ternyata telah diciptakan sejak 1954 lalu oleh komikus Raden Ahmad Kosasih atau yang lebih dikenal sebagai R.A. Kosasih. Komik Sri Asih sendiri cukup laris saat dirilis. Dari 3.000 eksemplar yang dicetak, semuanya laku terjual.

Lalu, siapakah sebenarnya R.A. Kosasih?

R.A. Kosasih merupakan komikus yang berkontribusi besar bagi dunia komik Tanah Air. Ia menelurkan berbagai karya fenomenal, seperti Siti Gahara, Cempaka, Seri Mahabharata, Ramayana, Lahirnya Rahwana, dan masih banyak lagi. Dari situ dia kemudian dijuluki sebagai Bapak Komik Indonesia. Namanya pun turut diabadikan menjadi gelaran penghargaan komik Indonesia, Kosasih Award.

Lahir di Desa Bondongan, Bogor, pada 4 April 1919 silam, R.A. Kosasih merupakan putra dari seorang pedagang asal Purwakarta, Raden Wiradikusuma, dengan perempuan asli Bogor, Sumami. Meski tidak terlahir dari keluarga seniman, minat menggambar R.A. Kosasih sudah tumbuh sejak usia belia. Ia kerap menunggu sang ibu, pulang dari pasar demi menunggu koran bungkus belanjaan yang biasanya menampilkan potongan cerita komik Tarzan.

Selepas lulus sekolah dasar, pada 1932, R.A. Kosasih menempuh pendidikan di Hollandsch Inlandsche School (HIS) Pasundan, sebuah sekolah untuk bangsawan Bumiputra. Di sanalah minatnya terhadap seni menggambar makin tinggi. Dalam sebuah wawancara dengan harian Suara Merdeka, ia mengungkap bahwa buku catatannya kala itu cepat habis karena terus ia gambari.

Tamat dari HIS sebenarnya R.A. Kosasih memiliki peluang besar menjadi ambtenaar (pegawai negeri). Akan tetapi dia justru memilih untuk menganggur terlebih dahulu. Saat itulah dia mulai menghabiskan sebagian besar waktunya untuk menggambar dan menonton wayang gelaran wayang golek. Sepulangnya dari pertunjukan tersebut, R.A. Kosasih selalu terngiang-ngiang gambaran ceritanya. Dia berpikir, mungkin apabila cerita tersebut diringkas tapi tetap berisi, akan disukai banyak orang.

Selang beberapa waktu, R.A. Kosasih memulai karier profesional pertamanya pada 1939. Dia diterima menjadi juru gambar di Museum Zoologi Bogor. Di sana dia bertanggung jawab menggambar hewan dan tumbuhan untuk diterbitkan dalam buku-buku museum dan pelajaran. Di samping itu, dia juga aktif membuat komik strip untuk sebuah koran lokal di Bogor.

Memasuki pendudukan Jepang, 1942, penindasan terjadi di mana-mana. Kehidupan R.A. Kosasih pun mulai berubah. Hanya komik Flash Gordon yang jadi hiburannya kala itu.

Keadaan sulit tersebut berangsur-angsur membaik setelah Indonesia merdeka. Pada 1953 mulai banyak koran yang membuka lowongan untuk posisi juru gambar. R.A. Kosasih pun diterima di harian Pedoman yang berbasis di Bandung.

Dari hari ke hari kepiawaian R.A. Kosasih tercium banyak pihak, salah satunya adalah penerbit Melodie, di Bandung. Penerbit tersebut menawari R.A. Kosasih untuk membuat sebuah komik. Dari situlah lahir komik Sri Asih yang pembuatannya terinspirasi dari pahlawan super perempuan Amerika Serikat. Sosok Sri Asih digambarkan mampu melesat cepat ke angkasa bak Superman dan gagah berani seperti Wonder Woman. Uniknya Sri Asih tampil dengan paras yang cantik dan mengenakan kostum layaknya wayang golek Sunda serta halus tutur katanya seperti putri keraton.

Sukses dengan Sri Asih, R.A. Kosasih mengarang komik keduanya berjudul Siti Gahara. Karya tersebut juga mendulang kesuksesan di pasaran sehingga membuat semangat R.A. Kosasih untuk membuat komik terus meningkat. Setelah itu lahir berbagai komik dari R.A. Kosasih. Produktivitasnya tersebut yang membuat organisasi atau komunitas komik saat ini mendapuknya menjadi Bapak Komik Indonesia.

Ketika memasuki usia senja, R.A. Kosasih sering sakit-sakitan. Ia pun akhirnya tutup usia pada 24 Juli 2012 tepat pada usia 93 tahun. Meski begitu, sosoknya tetap dikenang menjadi pelopor penerbitan komik pertama di Indonesia. Hari kelahiran R.A. Kosasih pun diperingati sebagai Hari Komik Nasional.

Itulah sosok R.A. Kosasih dengan berbagai karya fenomenalnya. Meski sudah tiada, karya-karyanya tetap abadi dan menjadi kegemaran berbagai kalangan. Bahkan, salah satu judulnya akan diangkat ke layar lebar. Terima kasih, R.A. Kosasih, atas dedikasi mengembangkan komik Indonesia.

Kembali ke blog