Tiga tahun lalu saat corona pertama mewabah di Indonesia, hampir seluruh pekerja berupaya keras untuk mempertahankan pekerjaan mereka. Instabilitas ekonomi membuat sebagian perusahaan melakukan pemutusan hubungan kerja. Mencari kerja pun jadi kian sulit. Namun, Shella Lodra justru melawan arus. Ia memutuskan untuk keluar dari perusahaan yang jadi idaman banyak orang dan mantap menjadi fotografer penuh waktu.
Awalnya Shella memang sempat dilema. Akan tetapi, kecintaannya terhadap fotografi ternyata lebih besar. Jika diingat-ingat, semasa duduk di bangku sekolah dasar, Shella sudah rajin membawa kamera ke kelas dan memotret kawan-kawannya. Lalu, setelah ia menginjak SMA, ia menajamkan ilmunya dengan mengikuti ekstrakurikuler fotografi dan kala memasuki jenjang kuliah dia dikenal sebagai spesialis fotografer. Sejak saat itu Shella mulai menambah jam terbang dengan menjadi fotografer di berbagai acara kampus.
Namun, lulusan Universitas Katolik Parahyangan, Bandung, itu awalnya tidak melihat fotografi sebagai potensi bisnis. Barulah pada akhir perkuliahan, Shella mendapat kesempatan untuk meliput acara besar, memfoto bisnis temannya, dan bertemu dengan orang-orang yang memiliki minat sama terhadap fotografi. Dari situlah terbentuklah sebuah vendor jasa foto wisuda @grad_co yang kini juga tengah menjadi bisnis andalan Shella.
Di samping itu, perempuan asal Jakarta itu juga menjalankan bisnis melalui akun Instagram @shel.shot. Di sana, perempuan Shella menekuni bisnis fotografi untuk pemotretan keluarga, event, prewedding, produk fesyen, dan still-life. Untuk memaksimalkan promosi, Shella juga menggunakan iklan. TikTok turut ia manfaatkan sebagai sarana untuk personal branding. Rupanya upaya tersebut sangat berpengaruh pada perkembangan jumlah klien Shella sejauh ini. Shella lantas mulai menyadari bahwa ia bisa hidup dari penghasilan sebagai fotografer ketika rata-rata penghasilannya sudah sama atau bahkan melebihi dari penghasilan sebagai karyawan.
Selama tiga tahun, keseharian Shella sebagai fotografer dipenuhi dengan proses praproduksi, produksi, sampai post-produksi. Jika dibandingkan perasaannya dulu saat menjadi Relationship Manager di perusahaan e-commerce terkemuka dan sekarang saat menjadi fotografer, ia cukup senang dengan dunia yang dipilihnya. Sebab melalui fotografi, Shella sehari-hari bisa bergelut dengan bidang yang disukai dan merasakan bagaimana rasanya “kerja sendiri”. Meski begitu, tidak bisa dimungkiri setelah dijalani, ia merasakan bahwa setiap pekerjaan memiliki plus dan minus-nya masing-masing. Akan tetapi kata Shella, ketika menjalani apa yang menjadi passion-nya, hal minus yang muncul menjadi tidak terlalu dominan.
Terlepas dari rasa puas Shella terhadap pilihannya, dunia fotografi juga menyimpan tantangan tersendiri. Misalnya dalam foto wisuda, acara keluarga, dan ulang tahun, tantangan yang dihadapi adalah kecepatan dan kecakapan untuk menangkap momen yang berlangsung. Meski demikian, jenis fotografi ini menyimpan hal menarik dan mengesankan bagi Shella karena berkesempatan menangkap momen-momen berharga seseorang. Ia pun ikut merasakan perasaan bahagia yang terpancarkan dari para kliennya.
Kemudian, jenis fotografi lain yang memiliki tantangan lebih besar menurut Shella adalah fashion photoshoot dan product photoshoot. Sebagai fotografer Shella harus bisa mengambil foto sesuai dengan konsep yang telah disepakati. Walau begitu, jenis foto ini seringkali menghadirkan kepuasan tersendiri bagi lulusan Hubungan Internasional itu karena karyanya akan dimuat secara online maupun offline.
Bagi Shella, untuk memulai suatu pekerjaan berdasarkan passion, selain memerlukan tekad yang besar, juga membutuhkan strategi. Jika ingin untuk menjalankan passion secara penuh waktu, sebaiknya mulai menjalankannya bersama ketika sedang menekuni pekerjaan full-time. Namun, jangan sampai hal itu mengganggu pekerjaan yang utama. Setelah pekerjaan yang menjadi passion sudah mulai stabil, barulah bisa mempertimbangkan untuk fokus menjalankannya. Berdasarkan pengalamannya, cara itu lebih mudah untuk dijalankan. Selagi masih muda, tak ada yang salah dengan mengeksplorasi banyak hal. Pun, mengambil tantangan adalah hal yang wajar, asal tetap bertanggung jawab dengan keputusan yang diambil.
Dari profesinya tersebut, Shella kini melihat Industri kreatif memiliki prospek yang sangat cerah. Sebab keberadaannya didukung oleh media sosial yang mana semua orang memiliki kesempatan yang sama untuk mempromosikan dirinya. Shella lantas menyebutkan, salah satu hal yang paling penting dalam dunia kreatif saat ini adalah konsistensi. Makin sering seseorang mengunggah konten di media sosial, makin besar peluang untuk dioptimalisasi di masing-masing platform.
Nah itu dia cerita Shella yang sedang mengejar mimpinya dengan fotografi. Kalau kamu bagaimana?