Ilustrator sukses selalu punya skill tingkat tinggi? Nyatanya tidak 100% begitu. Vema Novitasari salah satu contohnya. Dengan kemampuan menggambar seadanya, dia berhasil menjadi ilustrator yang karya-karyanya selalu dinanti.
Semua bermula dari komik Vema yang viral di Twitter. Komik dengan 8-10 panel itu ia buat untuk mewakili perasaannya setelah putus cinta, seperti menangis di atas motor, duduk di tepian sungai, dan lainnya. Tak disangka, keesokan harinya setelah dia bangun tidur, ada banyak notifikasi di gawainya. Bahkan, Vema juga mendapatkan tawaran untuk memperpanjang komiknya menjadi sebuah buku. Dari situlah dia mulai mengembangkan dunia Welly.
Welly adalah tokoh utama dalam cerita Vema. Nama lengkapnya, Welly si Terwelu Nggateli, yang berarti si kelinci yang ngeselin. Awalnya Welly hanyalah stiker WhatsApp yang iseng-iseng dibuat Vema supaya bisa dipakai teman-temannya. Welly juga sempat dijual dalam bentuk stiker dan kaos kendati hasilnya kurang memuaskan. Namun, saat bertransformasi menjadi karakter di sebuah cerita, “si kelinci” justru booming. Buku mengenai Welly yang bertajuk Hidup Gini-gini Aja, Nggak Apa-apa, pun banyak digemari.
Kisah-kisah mengenai Welly terinspirasi dari apa yang dialami Vema. Seperti tentang rasa sakit, ia lantas memberinya nama, tekstur, dan warna supaya mengingat pengalaman yang sesungguhnya. Vema mengeksplorasi hal-hal yang diketahuinya sebagai sumber inspirasi karena tahu betul wawasannya terbatas. Ia rutin mengumpulkan dan mencatat pengalaman-pengalaman pribadi untuk jadi bahan cerita Welly. Hasilnya justru di luar dugaan. Banyak orang yang relate dengan cerita Vema sehingga ilustrasinya mendapat respons positif.
Menurut Vema, apa yang dia lakukan merupakan cara sederhana bercerita di tengah keterbatasan skill menggambar yang ia miliki. Vema terus menggambar meski sadar kemampuannya masih minim dan hasilnya kurang bagus. Sebenarnya dia juga sempat belajar teknik watercolour saat pertama kali mulai kerja kantoran. Tapi saat itu ia hanya membuat still life drawing (gambar dengan objek benda mati) dan belum berpikir ke arah storytelling.
Vema ingin Welly menjadi teman baik bagi pembacanya supaya mereka tidak merasa sendirian. Pengalamannya mungkin sudah pernah dialami orang dari belahan dunia lain. Tetapi dengan mengungkapkan itu kembali melalui Welly, Vema berpikir hal tersebut bisa menguatkan siapa saja.
Di samping itu, kehadiran Welly juga membuat Vema merasa lebih hidup. Baginya, selama ini perempuan dianggap tabu mengekspresikan apapun, termasuk kemarahan atau umpatan. Namun melalui Welly, dia mengaku bisa bebas berekspresi sebagai perempuan. Vema berpikir bahwa kombinasi yang kontras antara sosok Welly yang lucu dan kemarahan atau kemarahan bekerja dengan baik.
Meskipun sudah cukup dikenal publik dengan komik Welly, Vema tidak melepaskan pekerjaannya sebagai karyawan kantoran. Karena dari aktivitas sehari-harinya di kantor ia justru dapat berbagai inspirasi. Di satu sisi Vema tetap berupaya rutin mengunggah cerita Welly per pekannya melalui akun @weeklywelly. Dari situlah tawaran untuk berkolaborasi mulai berdatangan. Dia juga secara bertahap mendiversifikasi Welly ke dalam berbagai produk, seperti kalender, kaus, dan memopad.
Dari perjalanannya tersebut, Vema menyadari menggambar adalah kekuatannya karena ia lakukan dengan hati yang senang. Ditambah lagi hasilnya cukup memuaskan sehingga makin memotivasi sosok yang berdomisili di Surabaya itu. “I like what I do and I want to spend more time doing this.”
Ke depannya, Vema ingin belajar menggambar lebih serius. Sebagai pemula, ada banyak hal yang perlu ia ketahui dan pelajari.
Vema pun turut memotivasi siapa pun yang ingin mulai menyelami dunia kreatif. Sama seperti dirinya, jika kamu berpikir tidak terlalu baik dan memiliki sebuah kurang percaya diri yang tinggi, jangan khawatir. Lakukan passion itu semampumu. Kadang, menjadi seorang amatir ada berbagai keseruan di dalamnya. Beberapa proses yang dialami bisa jadi justru membuat diri makin matang.