Saat akan menjalani usaha baru, biasanya kamu akan dihadapkan dengan berbagai pilihan. Mulai dari jenis produk apa yang akan kamu jual; di mana kamu akan menjualnya; hingga bagaimana sistem penjualan yang akan kamu terapkan. Terkait sistem penjualan ini, kamu perlu memikirkannya secara matang-matang karena akan menentukan jalannya bisnismu ke depan. Pemilihan sistem penjualan yang tepat akan meminimalkan potensi kerugian dan mendekatkan kepada berbagai peluang keuntungan.
Untuk saat ini, ada dua sistem penjualan berkembang, yaitu model pre-order (PO) dan menjadi stockist atau yang lebih dikenal dengan sistem ready stock. Sistem pre-order berarti kamu sebagai penjual menjual barang yang belum diproduksi. Dalam hal ini kamu perlu menunjukkan foto produk beserta keterangannya, seperti harga, bahan, periode pre-order, dan kapan produk bisa diterima pembeli. Dari situlah kamu baru akan memproduksi atau mendapatkan barang sesuai jumlah pesanan yang masuk. Sementara itu, jika menjadi stockist, ini artinya kamu sudah memiliki stok barang yang akan dijual.
Sebagai pemula lantas sebaiknya kamu memilih yang mana? Untuk menemukan jawabannya, kamu perlu menganalisis kelebihan dan kekurangan dari dua sistem tersebut.
Sistem pre-order biasanya digunakan untuk barang-barang yang baru pertama kali akan diluncurkan. Ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana minat masyarakat terhadap produk tersebut. Beberapa produk yang seringkali dijual dengan sistem pre order di antaranya album musik, pakaian, makanan, dan juga berbagai produk custom lainnya.
Nah, jika dijabarkan lebih jauh, berikut kelebihan dan kekurangannya dari sistem pre-order.
- Tidak mengeluarkan modal di awal untuk memproduksi barang.
- Potensi barang tidak laku sangat minim karena hanya diproduksi setelah ada pesanan.
- Dapat menjual barang dengan variasi yang lebih banyak.
- Produk dapat di-custom sesuai dengan catatan pembeli.
- Butuh waktu lebih lama supaya barang bisa diterima pembeli.
- Saat menunggu terlalu lama, pembeli bisa jadi mengurungkan niatnya membeli barangmu.
- Bisa batal produksi jika jumlah pesanan tidak memenuhi kuota minimal. Ini akan berdampak jika kamu merupakan reseller dari produk tertentu.
Pada sistem ini biasanya dipakai untuk barang yang memang telah terbukti diminati masyarakat sehingga penjual berani untuk menyediakan stok. Untuk lebih memahami sistem ini, berikut analisisnya.
- Konsumen akan lebih berminat membeli karena barang sudah tersedia.
- Proses pengiriman ke pembeli akan lebih cepat.
- Pembeli bisa melihat kualitas barang secara langsung sehingga dapat meminimalkan komplain di kemudian hari.
- Harus mengeluarkan modal di awal untuk memproduksi atau mendapatkan barang.
- Variasi barang biasanya lebih terbatas.
- Harga barang umumnya lebih mahal daripada yang dijual secara pre-order.
- Ada potensi barang tidak laku terjual.
Begitulah kelebihan dan kekurangan dari sistem pre-order dan bila kamu menjadi stockist. Pertimbangkan dengan baik sistem yang akan kamu gunakan dengan menyesuaikan dengan keadaanmu. Jika kamu menjual sesuatu yang benar-benar baru, kamu bisa menggunakan sistem pre-order. Estimasikan waktu pre-order dan proses produksinya sehingga membuat pembeli tidak ragu untuk memesan produkmu.
Sementara itu, jika kamu menjual barang yang memang terbukti diminati publik, kamu bisa menjadi stockist. Namun, pada tahap ini kamu juga perlu memperhitungkan modal awal yang kamu miliki dan jumlah barang yang perlu kamu sediakan.
Bagaimana, sudah cukup jelas mau pilih yang mana? Jika masih ragu, kamu bisa bertanya kepada para ahlinya. Kamu juga bisa mengikuti kelas-kelas yang diperuntukkan kepada para pebisnis pemula, baik yang gratis maupun berbayar. Melalui kelas tersebut kamu bisa menanyakan dan menemukan solusi dari banyak hal yang muncul saat kamu akan memulai usaha.