Di Indonesia, pekerjaan di bidang Science, Technology, Engineering, and Math (STEM) umumnya masih diasosiasikan kepada laki-laki. Ada persepsi yang berkembang bahwa pekerjaan di bidang tersebut lebih bersifat maskulin. Alhasil, peran perempuan di bidang STEM cenderung dipinggirkan.
Jika merujuk kepada data Kementerian Perindustrian (2018), jumlah pekerja perempuan yang aktif di bidang STEM memang belum sebanding dengan laki-laki. Perempuan hanya berjumlah 12% dari total pekerja di bidang STEM. Jumlah tersebut bahkan lebih rendah jika dibandingkan dengan Malaysia, Thailand, Filipina, dan Vietnam.
Meski begitu, di antara jumlah 12% itu ada segelintir sosok perempuan yang berhasil berkiprah dan berprestasi di bidang STEM, bahkan sampai diakui perusahaan ternama dunia. Para perempuan tersebut berhasil membuktikan bahwa bidang STEM tidak hanya milik laki-laki. Bidang STEM juga bukan sekadar hard skill, seperti praktik lapangan, menggulung kabel, atau berkeliling membenahi jaringan telekomunikasi. Lebih luas daripada itu, bidang ini juga mencakup soft skill, misalnya mencari solusi supaya teknologi dapat diaplikasikan secara luas dan menghasilkan berbagai manfaat.
Siapa saja sosok perempuan tersebut? Simak berikut daftar lengkapnya.
Crystal Widjaja
Nama Crystal Widjaja sudah cukup malang melintang di dunia startup Tanah Air maupun internasional. Perempuan yang mengawali kariernya di sebuah startup di California ini, pada 2015 lalu memutuskan untuk mudik ke Indonesia dan berkarier di Gojek. Mulanya dia ditarik di bagian business intelligence tapi tak lama berselang, Crystal diangkat menjadi senior vice president business intelligence Gojek. Dia menjadi sosok yang bertanggung jawab menangani “dapur” data dari Gojek. Melalui Gojek Crystal melihat seberapa besar dampak dan potensi aplikasi tersebut untuk kehidupan para pengemudi. Selain itu, ia melihat juga bagaimana Gojek meningkatkan kehidupan orang-orang Jakarta yang sehari-hari dihantui kemacetan.
Pada 2020 lalu Crystal memutuskan untuk keluar dari Gojek. Sejak saat itulah dia aktif menjadi penasihat beberapa startup. Dia juga mendirikan Generation Girl, sebuah organisasi nirlaba yang berfokus pada pemberdayaan remaja perempuan berusia 12–16 tahun di bidang STEM. Melalui Generation Girl Crystal ingin mematahkan stereotip bahwa bidang STEM hanya untuk laki-laki. Dari hasil kerja kerasnya, lebih dari 150 remaja perempuan telah lulus dari program Generation Girl dengan pendanaan dan dukungan dari Sequoia Capital, Google, WeWork, Kibar, L'Oreal, dan masih banyak lagi.
Moorissa Tjokro
Di balik kecanggihan mobil swakemudi (full self driving) produksi Tesla, ternyata ada sosok WNI perempuan ikut berperan. Dia adalah Moorissa Tjokro, insinyur asal Indonesia pertama yang menjadi 1 dari 6 Autopilot Software Engineer yang bekerja untuk Tesla, di California. Fitur full self driving ini menjadi salah satu proyek terbesar Tesla di mana pengemudi tidak perlu lagi menginjak pedal rem dan gas. Mobil benar-benar akan berjalan sendiri, tidak hanya di jalan tol tapi juga di jalanan biasa. Di samping itu, dalam kesehariannya banyak hasil pekerjaan Moorissa yang langsung diserahkan ataupun dipresentasikan kepada CEO Tesla, Elon Musk.
Sebelum berkiprah di Tesla, Moorissa sempat bekerja di Lembaga Antariksa Amerika Serikat (NASA) sebagai machine learning researcher. Sementara semasa kuliah, perempuan kelahiran tahun 1994 itu juga termasuk mahasiswa yang berprestasi. Kala mengenyam pendidikan sarjana teknik industri dan statistik di Georgia Institute of Technology di Atlanta, dia berhasil lulus pada usia 19 tahun dengan predikat summa cum laude. Moorissa juga tercatat mendapatkan berbagai penghargaan, seperti President’s Undergraduate Research Award dan nominasi Helen Grenga untuk insinyur perempuan terbaik di Georgia Tech.
Silvia Halim
Dunia konstruksi seringkali masih dianggap ranahnya laki-laki. Namun, Silvia Halim membuktikan bahwa pekerjaan konstruksi adalah untuk semua gender. Lewat kemampuan dan dedikasinya, Silvia menjadi Direktur konstruksi MRT Jakarta yang dilaunching pada 2019 lalu. Dengan keberadaan MRT, lulusan Nanyang Technological University, Singapura, itu berharap masyarakat Indonesia dapat merasakan transportasi publik sangat efisien, nyaman, bersih, dan memudahkan aktivitas sehari-hari.
Menurut Silvia, dunia konstruksi yang telah dia tekuni bisa dijalankan baik laki-laki maupun perempuan. Sebab ilmu yang dibutuhkan dalam dunia ini pada dasarnya tidak mengenal gender. Dari apa yang dialami, ia menekankan perempuan Indonesia untuk melihat ke dalam diri sendiri dan tidak memberikan batasan kepada diri sendiri. Keraguan yang muncul justru kadang menutup berbagai potensi yang dimiliki.
Tri Mumpuni
Tri Mumpuni merupakan ilmuwan pembangkit listrik tenaga mikro hidroelektrik yang ilmunya sudah diterapkan di 65 desa di Indonesia dan satu desa di Filipina melalui Institut Bisnis dan Ekonomi Kerakyatan (IBEKA). Berkat dedikasinya di bidang listrik, pada 2021 dia dinobatkan menjadi ilmuwan muslim paling berpengaruh di dunia menurut laporan The World's 500 Most Influential Muslims 2021.
Perempuan kelahiran Semarang 1964 itu juga mendapat penghargaan Ashden Awards 2012. Nama Tri juga disebut dalam pidato Presiden AS ke-44, Barack Obama, dalam Presidential Summit on Entrepreneurship 2010.
Tri yang seringkali dijuluki sebagai perempuan listrik, kini diangkat oleh Presiden Joko Widodo menjadi Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Pratiwi Pudjilestari Sudarmono
Sosok Pratiwi sempat menjadi perbincangan karena menjadi ilmuwan yang berkesempatan mewakili Indonesia dalam kerja sama dengan NASA. Rencananya ia akan masuk dalam tim yang pergi ke luar angkasa dengan pesawat ulang-alik Columbia pada 24 Juni 1986. Sayangnya misi tersebut dibatalkan karena pesawat Challenger meledak pada 28 Januari 1986, tepat 73 detik setelah diluncurkan kala pesawat berada ketinggian 15 kilometer. Meski belum berhasil ke luar angkasa, nama Pratiwi tetap dikenal sebagai astronot perempuan pertama Indonesia.
Perjuangannya masuk ke dalam tim yang akan diberangkatkan NASA merupakan buah penelitiannya yang mengulas ketahanan fisik manusia di luar angkasa. Hal itu bukan tanpa alasan, sebab Pratiwi sendiri memiliki latar belakang pendidikan kedokteran. Saat ini ilmuwan kelahiran tahun 1952 itu tercatat aktif menjadi profesor mikrobiologi di Universitas Indonesia.
Itulah lima sosok perempuan Indonesia yang berperan memajukan bidang STEM. Meski mereka tergolong minoritas, kiprah mereka cukup signifikan bahkan memiliki kontribusi yang luas bagi masyarakat Indonesia dan dunia.