Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (2021), rumah tangga menyumbang paling banyak sampah nasional, yaitu 42,23% dari total sampah 21,88 juta ton. Sampah rumah tangga yang meliputi sampah basah (organik) dan padat (anorganik), biasanya beda penanganan. Untuk sampah organik, seperti sisa makanan, akan didaur ulang menjadi kompos. Sementara itu, sampah anorganik yang lazimnya lama terurai, seperti plastik, botol, kertas, dan kaleng, pengelolaannya masih menjadi perdebatan. Sebab jika tidak diolah dengan benar, sampah ini berpotensi bisa mencemari tanah.
Oleh karena itu, selain mengurangi penggunaannya, sebenarnya ada cara lain yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah sampah organik. Misalnya dengan mengkreasikannya menjadi berbagai produk yang bermanfaat. Cara ini sudah dipraktikkan beberapa individu atau komunitas dan berhasil menjadi bisnis yang menguntungkan. Apa saja? Berikut ini contohnya.
Mengubah Pecahan Keramik Menjadi Hiasan Dekoratif
Mayoritas sampah rumah tangga adalah sampah plastik. Berangkat dari keprihatian akan sampah plastik yang tiap hari kian menumpuk, tiga pemuda asal Bandung, Sae, Yahya, dan Regi, baru-baru ini merintis bisnis pembuatan jam berbahan sampah plastik bernama “Newhun”. Mereka menyulap berbagai sampah plastik, seperti alat makan plastik sekali pakai, kresek, botol sabun, botol shampo, tutup galon, tutup botol, sampah jenis High Density Polyethylene (PEDH), Low Density Polyethylene (LDPE), Polypropylene (PP), dan Polystyrene (PS) menjadi jam tangan, jam meja, jam dinding, dan lain sebagainya.
Proses pembuatan produk Newhun terdiri atas memilah sampah, mencuci, mencacah, injeksi/melting, cetak, dan merangkai. Dari semua proses tersebut, menurut Sae tahapan tersulit adalah proses memilah dan mencuci sampah. Sampah yang terdiri dari berbagai jenis harus dipisahkan sesuai jenis dan warnanya. Setelah itu, sampah dicuci dengan cara manual. Untuk mengeringkannya pun masih mengandalkan sinar matahari.
Untuk satu item jam tangan membutuhkan 150 gram plastik, sedangkan jam meja memerlukan 150 gram plastik dan jam dinding 500 gram plastik. Harga pasarannya produk Newhun pun cenderung bervariasi, tergantung dari tingkat kesulitan pembuatan. Satu item jam tangan bisa dijual mulai ratusan ribu hingga jutaan rupiah. Sementara itu, harga produk lain berkisar di angka puluhan dan ratusan ribu rupiah.
Kokohnya Kursi dan Meja dari Kertas Bekas
Di samping plastik, kertas juga menjadi menjadi penyumbang sampah rumah tangga terbesar. Berawal dari keresahan terhadap sampah kertas yang terus menumpuk setiap hari, seorang pria paruh baya di Mataram, Theo Setiaji Suteja, memiliki mimpi besar untuk mendirikan Museum Paper Art pertama di dunia. Menurutnya, saat sampah kertas diolah dengan baik, maka akan banyak pohon yang bisa diselamatkan.
Selama berbulan-bulan dia melakukan riset untuk mencari cara supaya kertas bisa menggantikan kayu sehingga angka pembalakan liar bisa dikurangi. Ia kemudian berhasil menemukan formula yang tepat. Dengan bermodal adonan kertas bekas dan campuran lem, Theo berhasil membuat pengganti batu bata yang bahkan lebih kokoh daripada umumnya.
Kegigihan Theo pun membuat beberapa mahasiswa setempat turut bergabung. Mereka telah memproduksi ratusan barang berbahan kertas, seperti meja, kursi, dan berbagai perabotan rumah lainnya. Semuanya dilakukan murni handmade tanpa mesin cetakan tertentu. Sebagai contoh, sebuah meja membutuhkan sekitar 60 kg sampah kertas yang kemudian diproduksi secara manual. Seluruh produk Theo kini dipamerkan di sebuah rumah yang mayoritas materialnya adalah kertas, yakni The Griya Lombok.
Produk olahan kertas Theo ini cenderung lebih tahan api jika dibandingkan yang berbahan kayu. Namun, produk yang terbuat dari kertas ini cenderung tidak tahan pada kondisi yang terlalu lembap. Meski begitu, produk Theo ini berhasil memikat banyak pembeli dari luar negeri. Harganya pun bisa mencapai puluhan juta rupiah.
Mengubah Pecahan Keramik Menjadi Hiasan Dekoratif
Saat membangun rumah, kadang keramik sisa yang digunakan terbuang begitu saja. Padahal pecahan-pecahan itu bisa dimanfaatkan menjadi berbagai hiasan, seperti mozaik. Hal itu sudah lama dilakukan oleh perajin mozaik asal Klaten, Ansori. Ia menempelkan potongan-potongan keramik kecil menjadi suatu lukisan yang indah.
Alhasil, kepiawaiannya itu membuat banyak orang datang untuk memesan karya Ansori. Mozaik yang dipesan cukup beraneka ragam, mulai dari gambar tokoh hingga pemandangan alam. Karya-karya Ansori pun terjual hingga jutaan rupiah tergantung dari tingkat kerumitan masing-masing.
Nah, selain menjadi mozaik, pecahan keramik juga bisa dimanfaatkan menjadi kerajinan lain, misalnya keranjang sampah, vas bunga, hiasan dinding, dan wadah serbaguna. Untuk pembuatannya, membutuhkan keramik yang sudah terpecah belah dengan warna beragam, lem kuning, dan mortar atau semen putih. Dalam hal ini, dibutuhkan peralatan yang mendukung, seperti palu, amplas, waslap, sendok semen, dan karet sandal bekas.
Ternyata sampah rumah tangga bisa dikreasikan menjadi beragam produk yang bermanfaat. Dengan begitu, selain mengurangi tumpukan sampah yang masih jadi PR pengelolaannya, kreasi ini bisa menjadi alternatif dalam melangsungkan bisnis kreatif. Tertarik mencobanya?