Sebagian besar orang percaya bahwa mencari inspirasi lebih baik daripada sekadar menunggunya. Dengan begitu, ide atau inspirasi bisa datang lebih cepat dan bentuknya pun lebih beragam. Misalnya saja seorang penulis mencari inspirasi dengan berjalan menyusuri sudut-sudut kota dan berbincang dengan sembarang orang. Dia lantas mendapatkan inspirasi soal cerita yang benar-benar baru menurutnya, yaitu kehidupan tanpa sinar matahari di sebuah gang di Ibu Kota.
Di samping itu, juga terbentuk anggapan bahwa seniman biasanya identik dengan ide-ide baru yang kreatif. Mereka berhasil menangkap realitas dan menuangkannya dalam berbagai karya sarat makna. Namun di balik itu, temuan tersebut tak lain adalah bentuk kreativitas atau inovasi. Seperti pepatah “there’s nothing new under the sun”, tidak ada hal yang benar-benar baru di dunia ini. Seperti gang tanpa matahari di Jakarta, mungkin memang menjadi hal yang baru untuk masyarakat di luar Jakarta. Akan tetapi, bagi masyarakat yang sudah puluhan tahun tinggal di sana, itu adalah hal yang biasa.
Seperti pula kisah penulis kondang, William Shakespeare, yang namanya melegenda berkat kisah tragis Romeo dan Juliet. Banyak orang berpikir bahwa cerita tersebut benar-benar diciptakan oleh Shakespeare. Realitasnya, ia sendiri terinspirasi dari kisah yang pernah ditulis oleh penulis lain. Dan kemungkinan, penulis lain pun juga mengambil cerita dari sosok lain. Ini seperti sebuah siklus yang berulang tapi hadir dalam tampilan yang berbeda. Persis dengan pepatah Prancis, l'histoire se répète. Artinya, segala hal yang terjadi di masa lalu akan atau cenderung terjadi kembali dengan cara atau bentuk yang berbeda.
Oleh karena itu, dalam proses berkarya seseorang kadang cenderung menggunakan metode amati, tiru, dan modifikasi (ATM). Metode tersebut umum digunakan di bidang desain, menulis, dan lain sebagainya. Jika dijabarkan, term “amati” merujuk kepada cara seseorang mengobservasi untuk menangkap inspirasi untuk kemudian dituangkan dalam sebuah gagasan. Inspirasi ini bisa didapatkan di mana pun tergantung seberapa jeli seseorang menemukannya.
Kemudian, “tiru” meliputi proses belajar seseorang guna mewujudkan gagasan dengan teknik yang dimiliki. Proses ini bisa dilalui dengan mengikuti kiat, strategi, atau cara dari sosok yang menjadi inspirasi. Namun, tahap meniru itu tak serta merta sama dengan inspirator. Sebab ada proses modifikasi yang di situlah inovasi wajib dimunculkan supaya terhindar dari plagiarisme. Dalam hal ini, inovasi tidak selalu menyangkut soal penemuan baru (invention), tapi juga bisa berupa terobosan untuk membuat karya lebih estetis, praktis, atau lainnya.
Meski sesuatu yang benar-benar baru hampir sukar diciptakan, tapi membuat hal-hal yang tampak baru bukanlah sesuatu yang tidak mungkin. Kuncinya, kamu perlu menemukan inspirasi dan mempunyai kepercayaan diri untuk memulai. Itu semua bersumber dari kepalamu, seberapa jauh mindsetmu mampu bergerak melawan rasa ketidakpercayaan terhadap penciptaan suatu karya.
Beberapa tokoh kenamaan dunia pun cenderung membangun kepercayaan diri sebelum menelurkan karya-karya hebat, misalnya Mozart dan Disney. Ada tiga langkah yang biasa mereka lakukan, yaitu (a) mereka melihatnya (atau mendengarnya) di kepala mereka; (b) mereka memercayainya pada diri mereka sendiri; (c ) dan mereka menciptakannya. Oleh karena itu, intinya dibutuhkan kombinasi antara keinginan, disiplin, dan tekad. Setiap orang pada dasarnya memiliki itu semua, tinggal bagaimana mereka mengeluarkannya.
Nah, itulah penjelasan bagaimana pepatah “there’s nothing new under the sun” menjadi hakikat dalam pencarian inspirasi. Meskipun di dunia ini segala sesuatu telah tercipta, masih ada banyak hal yang tidak kita ketahui. Maka dari itu, terus carilah inspirasi ke mana pun dan ubahlah menjadi karya-karya yang penuh kreativitas.